Pasang Surut Candi Borobudur
KONDISI CANDI BOROBUDUR
SEKILAS PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINGGA REPUBLIK INDONESIA
Pada
saat ini boleh dibilang Candi Borobudur merupakan Candi yang dikenal oleh
masyarakat. Candi Borobudur merupakan candi yang sangat megah dan termasuk
kedalam tujuh keajaiban dunia. Terletak di pulau Jawa dengan corak peninggalan
dari peradaban hindu/budha di Nusantara. Setelah ditemukan candi ini kurang
diperhatikan oleh pemerintah, sehingga dikhawatirkan menyebabkan kerusakan kerusakan yang terjadi
akibat pengaruh dari perubahan perubahan cuaca seiring berjalan nya waktu dan
semakin lama semakin parah.
Masyarakat
tidak lah mengetahui akan keberbahayaan akan kondisi yang dialami Candi
Borobudur ini. Dipenulisan ini saya akan memaparkan cara dan upaya/usaha yang
dilakukan pemerintah selama ini dalam penyelamatan candi ini dari kerusakan
yang terjadi. Ternyata dibalik kemegahan yang terlihat candi Boobudur merupakan
candi yang sedang mengalami pergulatan akan kerusakan kerusakan akibat pengaruh
pengaruh sekitar, alam, dan cuaca, berbagai cara dilakukan untuk mengembalikan
kemegahan candi Borobudur, sempat terbengkalai sempat dilalaikan, dan berpindah
pindah tangan kepengurusannya namun bahaya belum dapat disingkirkan. Kemegahan
nya seolah olah hanya symbol saja, pemerintah kurang waspada akan kehancuran
kehancuran pergulatan waktu sehingga candi Borobudur hampir saja menjadi nama,
berkat perkembangan zaman, bantuan bantuan pihak luar, bantuan pemerintah
sendiri akhirnya, pada abad ke20 berdirilah sinar diatas candi Borobudur,.
·
Candi berstatuskan darurat.
·
Silih bergantinya pemerintahan yang
memegang kendali candi
·
Dibalik cahaya indah, Candi Borobudur
diliputi kegelapan Sejarah.
·
Apa usaha yang dilakukan pemerintah
untuk melindungi Candi tersebut
Candi Borobudur , candi
yang terletak di Pulau Jawa yang pada penemuannya kita tidak mengetahui dengan
jelas kapan candi ini didirikan, keterangan akan kerajaan mana yang mendirikan
nya, dan siapa yang mengkonsep metode arsitek pembangunannya, juga bagaimana
cara orang orang masa lalu membangunnya hingga menjadi megah menantang kilauan
dunia.
Kita beranjak ke dasar
dasar candi Borobudur,menurut ilmu sejarah candi diperkirakan didirikan pada
tahun 800 Masehi oleh kekuasaan Syailendra. Dapat dikatakan makna dalam pembangunan candi yang dilakukan pada
masa kejayaan syailendra ini sudahlah pasti kita ketahui bahwa candi bersifat
untuk memuliakan dan mengagungkan seorang raja yang telah wafat dan telah
bersatu kembali dengan dewa yang menjadi asal beliau. Candi juga merupakan
ungkapan yang nyata dari rasa hormat yang mendalam terhadap keluhuran orang tua
dan kesadaran yang meresap terhadap kebesaran agama. Candi Borobudur merupakan
candi yang sangat menarik dalam mempercontohkan missal : bentuknya sebagai
punden beundak undak mewakili ciri khas bangunan yang diperuntukkan bagi
pemujaan roh nenek moyang, dan susunannya yang berukir ukir memperjelaskan
pandangan hidup agama Budha.
Dalam pertengahan abad ke-XIV ditemukanlah adanya
bangunan suci agama budha dari aliran Wajradhana dengan nama “budur”. Dalam
kitab NagaraKertagama karya Empu Prapanca sekitar tahun 1365 Masehi itu
merupakan Borobudur kita karena tidak adanya lagi budur lain. Dalam abad ke
XVIII Candi ini dikenal membawa malapetaka. Menurut kitab “Babad Tanah Jawi”
dalam tahun 1709 Masehi ada seorang tokoh yaitu , Ki Mas Dana dan Ki Gede
Pacukilan yang memberontak terhadap raja Amangkurat III yang bertakhta di
Kartasura. Pemberontakan ini mengalami kegagalan kemudian melarikan diri ke
Bukit Borobudur. Panglima kerajaan , pangeran Pringgolaya mengadakan
pengejaran, dan akhirnya Ki Mas Dana ditangkap dan dibawa ke Kartasura, untuk
selanjutnya menjalani hukuman mati. Dalam
kitab “Babad Mataram” diceritakan bahwa dalam tahun 1757 Masehi, putera mahkota
kesultanan Yogyakarta yang bernama pangeran Mancanagara mengalami nasib buruk
pula di Borobudur. Sehingga baginya pantang untuk melihat “arca seribu” disana,
sebab salah satu dari arca menggambarkan seseorang satria terkurung dalam
sangkar,. Sebaliknya sang pangeran justru hendak bertemu dengan satria malang
itu. Akibatnya setelah itu putera mahkota sepulangnya ke istana jatuh sakit dan
muntah darah sampai menemui ajalnya. Maka selama Sembilan abad sejak berdirinya
sekitar tahun 800 masehi sampai kurang lebih 1700 Masehi, candi Borobudur
diselimuti kegelapan belaka. Kabut mitos dan gelap tahayul. Namun pada awal
abad XIX kabut itu mulai menipis dan cuaca menjadi semakin cerah.. Dari tahun
1811 s/d 1815 negara kita sempat menjadi ekspedisi dari kerajaan Inggris,
dengan dikepalai oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Dirinya pada saat itu sedang
berkedudukan di Batavia namun karena minatnya terhadap sejarah sangat luar
biasa ia banyak berkeliling di sana
.
USAHA PENYELAMATAN
Setelah melalu kelam
nya kabut dan kegelapan, akhirnya Candi Borobudur telah diselamatkan oleh
terbitnya monografi Leemans dalam tahun 1873, dengan itu candi Borobudur telah
tertuliskan diatas kertas dengan sukses. Pada tahun ini juga candi berada dalam
keadaan terlantar, dikarenakan pengurus yang diserahi tugas untuk pengawasan
dan pemeliharaan tidak banyak menunjukkan minat dan hanya bekerja sedikit saja.
Van Kinsbergen kemudian didatangkan untuk mengambil foto candi dengan maksud
mengabadikan gambar candi tersebut. Semula Van di berikan tugas untuk mengambil
keseluruhan gambar namun diganti hanya dengan mengambil pesona keindahan dan
mutu seni candi Borobudur ini. Untuk melanjutkan tugasnya agar mendapat hasil
yang memukau, ia pun mulai membersihkan secukupnya pada candi Borobudur. Candi
Borobudur telah dikenal sebagai seni hasil bangunan dan seni ukir yang amat
tinggi mutunya, namun dibalik itu candi ini terbengkalai dan tidak terpelihara
sehingga berbagai sisi kelihatan akan runtuh. Keadaan ini menimbulkan kabar
kabar bahwa aka nada pengambilan tindakan penyelamatan secara signifikan. Dan
juga pada tahun 1882 bahkan terdapat usul untuk membongkar saja keseluruhan
bangunannya dan memindahkan relief relief nya ke dalam museum yang sudah khusus
didirikan untuk keperluan ini. Candi Borobudur semakin menarik ketika terjadi
penemuan kaki candi aslinya oleh Yzerman yang telah tertutup oleh batur kaki
candi yang sekarang. Pada bagian kaki asli itu didapatkan pahatan pahatan
relief yang bersama dengan seluruh kakinya tidak kelihatan sama sekali.
Kemudian dilakukan lah pembongkaran terhadap kaki kaki candi tersebut secara
perlahan-lahan agar dapat dipotret untuk segera ditutup kembali. Ternyata
deretan bangunan kaki nya menghubungkan keseluruhan bangunannya, sehingga dapat
dinyatakan bahwa candi telah mengalami perombakan. Penemuan tersebut semakin
mengolah pemikiran bahwa harus dilakukan tindakan untuk menanggulangi setiap
macam bahaya yang mengancam candi Borobudur. Segeralah diyakinkan para
pemerintah akan perlunya tindakan nyata, namun sangat disayangkan malah batu
batu candi Borobudur dihadiahkan oleh pemerintah untuk kerajaan Siam yang
datang berkunjung pada tahun 1896. Kemudian tahun 1900 dibentuklah kepanitiaan
yang bertugas menyelamatkan candi. Setelah dua tahun bekerja keras akhirnya
mereka mendapat kesimpulan hal hal yang harus dilakukan untuk penyelamatan
candi ini. Ada tiga hal yang harus dilakukan segera : 1. Memperkokoh sudut
sudut bangunannya., menegakkan kembali dinding-dinding yang miring pada tingkat
pertama, memperbaiki gapura gapura dan relung relung juga stupa stupanya. 2.
Mengekalkan keaadaan yang sudah diperbaiki itu dengan cara mengadakan
pengawasan yang ketat serta pemeliharaan yang tepat,dan menyempurnakan
penyaluran air dengan jalan memperbaiki lantai lantai lorongnya dan
pancuran-pancurannya. 3. Perlu sekali bahwa candi kelihatan bersih dan utuh.
Maka batu batu yang lepas harus disingkirkan, kaki candi harus diperlihatkan
seluruhnya dengan membuang tanah yang masih menutupi nya, sedangkan bangunan
bangunan tambahan harus dibongkar. Pada tahun 1905 kira kira, keluarlah
keputusan pemerintah negeri Belanda yang menyetujui usul usul panitia ini dan
menyediakan biayanya sekali sebesar FI 48.800.
Van
Erp selaku ketua dalam susunan kepanitian langsung menyerukan pemulaian tugas
pada tahun 1907. Dalam beberapa bulan pertama ia gunakan untuk mengumpulkan
batu batu lepas sebanyak mungkin agar mendapatkan gambaran seberapa jauh Candi
Borobudur dapat dilengakapi. Hasilnya ditemukan kembali sejumlah batu besar
candi. Sehingga pada tahun 1908 Van Erp meminta kembali dana untuk merestorasi
candi ini secara luas. Kemudian
dilanjutkan kembali untuk menstabilitaskan bangunannya dengan dua jalan :
pertama dengan memperkokoh lereng-lereng bukit yang dibentuk seperti tanggul
dan kedua memperkuat lantai lantai lorong pada tingkatan tingkatan bawah yang
dilapisi dengan beton sehingga diperoleh kaitan yang kokoh antara dinding dan
bagian atas dinding nya diberi penguat yang cukup. Maka dengan cara itu kokoh
dan kuat lah bangunan bangunan nya untuk masa yang akan datang. Setelah itu
kemudian Van Erp melakukan pengamatan secara absolut terhadap keadaan bangunan
dan keadaan batu batuannya. Kemudian penelitian dan pengamatan ini terhenti
akibat perang dunia ke II.
BAHAYA KEMBALI
Segera
setelah revolusi fisik selesai dan diakuinya kemerdekaan dan kedaulatan rakyat
Indonesia penelitian terhadadap candi Borobudur yang telah terhenti oleh
pemerintahan belanda dilanjutkan kembali. Ternyata keaadaan semakin parah
sehingga foto foto candi pada masa yang lalu sangat jauh berbeda dengan saat
itu. Dengan kemajuan teknologi mengenai pemanfaatan bahan kimia untuk
penyelamatan bahan purbakala. Pada tahun 1955 RI mengajukan permintaan bantuan
dari UNESCO untuk menanggulangi bahaya rusak yang serius pada candi candi yang
ada di jawa dan bali. Pada tahun berikutnya datang lah seorang berketurunan
belgia yang sangat tertarik pada candi Borobudur yaitu Prof.Dr. C. Coremans,
pendapatnya tidak banyak berbeda dari hasil penelitian sebelumnya, tetapi
tekanan lebih diletakkan pada masalah air sebagai penyebab utama dari aspek
kerusakan candi Borobudur ini. Sebenarnya air hujan tidak menyebabkan bahaya
langsung tetapi penyebab kerusakan adalah air yang keluar dari dalam bangunan
dengan membawa berbagai jenis garam dan mineral dan sewaktu menguap
meninggalkan unsur-unsur ini pada permukaan batu. Proses oksidasi yang
menimbulkan adanya kekurangan lapisan dan menimbulkan kerusakan pada permukaan
batu, juga ledakan ledakan kecil yang meninggalkan lobanf sehingga permukaan
batu menyerupai kulit manusia yang telah diserang cacar. Setelah melakukan
peneletian yang signifikan pada bangunan candi maka ditemukanlah penyebabnya
bahwa terjadi tekanan pada bangunan dan itu sangat kuat yang menjadi sebab
kantong air dibelakang dinding itu. Himpunan air menyebabkan tanah menjadi
lumpur, yang berarti volumenya bertambah besar. Desakan lumpur tidak dapat
disalurkan kea rah lain kecuali ke arah dinding itu.
Penggelembungan bagian tengah dinding semula tidak
menjadi acuan perhatian seharusnya, apalagi diperhitungkan pengaruhnya,
sehingga tidak diikutsertakan dalam pengamatan pengukuran. Sekiranya memasukkan
lagi kenyataan itu kedalam pengamatan dan pengukuran pada tahun tahun
berikutnya sulit dipertanggungjawabkan, karena proses nya tidak diketahui.
Candi Borobudur kini mengalami dua bahaya sekaligus yang ,mengancam bangunannya
yaitu bahaya fisio-kemis dan bahaya yang bersifat teknis-arsitektonis dan kedua
inti bahaya ini tidak dapat dihitung atau diperkirakan proses cepat kerja
penghancurannya, ini tidak bisa dibiarkan, maka pada tahun 1960 dinyatakan :
Borobudur dalam keadaan darurat !
Pada tahun 1960 mulai diadakan persiapan untuk
menanggulangi bahaya bahaya yang mengancam keselamatan candi Borobudur, karena
restorasi yang dilakukan Van Erp hanya sanggup dalam beberapa tahun saja. Maka
dipikirkanlah untuk penyelamatan paling sedikit 1000 tahun. Sebenarnya
pekerjaan Van Erp lebih mengarah ke perbaikan tambal oleh karena itulah sebab
utama segala kerusakan dan tidak dapat diberantas. Maka dilakukanlah
penyelamatan yang bersifat menyeluruh, dinding yang miring harus ditegakkan,
bagian bagian yang melesak harus diangkat dan lebih penting candi harus diberi
fundasi baru yang tidak hanya dapat menjamin stabilitas bangunan namun juga
mencegah merembesnya air dari teras candi ke permukaan batu batu.
Pemugaran
total berarti candi harus dibongkar dan kemudian dibangun kembali dengan dasar
fundasi beton yang diberi sistem penyaluran air. Maka segeralah dilakukan
penggambaran dan pendokumentasian semua batu-batunya. Selanjutnya dipikirkan
bagaimana cara membongkar dan memasang kembali. Setelah melalui beberapa
kendala dalam tatacara yang telah disusun, akhirnya pada tahun 1963 datanglah
keputusan bahwa pemerintah akan menyediakan anggaran untuk pemugaran candi
Borobudur .
Maka di panggillah
tenaga-tenaga kerja dari Lembaga Purbakala untuk berasumsi pada pekerjaan
persiapan. Sekali lagi pembangunan mendapat kendala disebabkan oleh inflasi
yang berlangsung sehingga pelaksanaan terdapat jurang perbedaan yang makin lama
makin melebar. Kejadian g-30 s PKI sempat menghentikan kerja dari candi ini.
Namun beberapa bulan setelah pemberontakan PKI maka pekerjaan terhenti
dilanjutkan kembali, namun terhenti lagi pada akhir tahun 1966 karena biaya
yang tidak tersedia.
Perubahan politik pemerintah pada masa orde lama ke orde
baru membuka kesempatan untuk menarik perhatian Unesco terhadap bahayanya candi
tersebut,karena sistem politik ini bersifat terbuka pada internasional. Memang
sekaligus untuk menyelamatkan pusaka budaya umat manusia dan menjalin saling
pengertian antar bangsa melalui pariwisata. Seiring berjalannya waktu dan candi
Borobudur mulai mendapat asupan atau perhatian baru, maka pada tahun 1973
setelah sesuai dengan pematangan cara kerja dapat disimpulkan bahwa candi
Borobudur akan pulih kembali dalam kemegahan menjelang akhir tahun 1980.
Oleh karena pemugaran
yang telah dikonsep tadi diperhitungkan bahwa segala factor mengenai kekuatan
alam termasuk gempa bumi dan pergantian hujan panas pula, maka selanjutnya
diharapkan candi Borobudur akan bertahan menghadapi serangan gigi waktu untuk
sekurang kurangnya 1000 tahun kalau tidak untuk selamalamanya, setelah itu maka
tugas selanjutnya adalah pengamatan dan pemeliharaan secara terus menerus untuk
menjaga jangan sampai terjadi lagi kerusakan yang disebabkan karena
ketidakpedulian dan kelalaian. Untuk itu marilah kita sebagai pelanjut dari
pusaka budaya manusia, menjaga dan melestarikan pusaka pusaka budaya yang masih
tertinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar