Senin, 27 Mei 2013

Lembah Sungai Indus

Latar Belakang.
Peradaban sungai Indus termasuk peradaban yang sangat tersohor pada masanya. Peradaban sungai Indus banyak menciptakan gaya gaya baru dalam bidang tertentu, di kebudayaan mereka sudah mempolakan secara baru dan mempunyai gaya khas tersendiri.
Masyarakat peradaban sungai Indus juga bisa dikatakan orang orang yang cerdas, ini berdasarkan fakta temuan yang terdapat di sana. Mereka sudah mulai mengembangkan seni, dan berbagai macam kerajinan tangan yang tercipta dari peradaban ini. Sekilas kita bayangkan akan masalalu, mungkin peradaban ini tidak kalah menarik dengan kemodrenan gaya zaman sekarang. Peradaban ini terkuak kembali setelah penemuan orang orang arkeologis di mohenjodaro-harrapa dari sinilah mulai diteliti dan difokuskan kembali untuk mengetahui kebesaran peradaban yang berada di lembah sungai Indus tersebut.
Peradaban Lembah Sungai Indus



http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c1/Indusvalleyexcavation.jpg/350px-Indusvalleyexcavation.jpg

Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini. Puing Mohenjo-daro difoto di atas merupakan pusat dari masyarakat kuno ini.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang merupakan wilayah Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir. [1]
Peradaban Lembah Sungai Indus- Jazirah India terletak di Asia Selatan. India juga disebut Anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah terpisah dari daratan Asia. Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah Khaibar. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting yaitu sebagai berikut.
  1. bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
  2. Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
  3. Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
  4. Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Mempelajari bahasa Sanskerta merupakan salah satu upaya untuk mengetahui perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada masa lalu. Hal ini juga ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia, di luar pengaruhnya pada politik, ekonomi, dan pemerintahan. William Jones berpendapat bahwa bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Parsi, Germania, dan Kelt. Studi tertua tentang India, membawa kita ke India pada masa interglasial II, yaitu sekitar 400.000 SM hingga 200.000 SM. Hal ini berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis bebatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Dari penelitian ini, terungkaplah sebuah fakta mengenai sejarah manusia yang mendiami kawasan itu setelah melihat artefak-artefak peninggalan purba di Lembah Indus. Para ahli lalu menyimpulkan bahwa di kawasan ini pernah berlangsung sebuah peradaban Lembah Sungai Indus, yang terkenal dengan nama peradaban Mohenjodaro-Harappa, yang berkembang pada 2300 SM. Melalui Celah Khaibar, bangsa India berhubungan dengan daerah-daerah lain di sebelah utaranya. Daerah Lembah Sungai Indus terletak di
Barat Laut India. Sungai Indus berasal dari mata air di Tibet, mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Setelah menyatu dengan beberapa aliran sungai yang lain, akhirnya bermuara ke Laut Arab. Panjang Sungai Indus kurang lebih 2900 kilometer. Apabila Anda memperhatikan Sungai Indus pada peta dewasa ini, maka sungai tersebut mengaliri tiga wilayah yaitu Kashmir, India, dan Pakistan. Sisa peradaban Lembah Sungai Indus ditemukan peninggalannya di dua kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Penghuninya dikenal dengan suku bangsa Dravida dengan ciri-ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam, dan kulit berwarna hitam
Penemuan arkeologis di Mohenjodaro-Harappa mulai terjadi ketika para pekerja sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Punjab pada pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu, ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian Jenderal Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jendral Arkeologi di India. Sejak saat itu, maka dimulailah penggalian-penggalian secara lebih intensif di daerah Mohenjodaro- Harappa.

Gambar 5.8 Situs tempat penemuan peradaban di Harappa
Situs tempat penemuan peradaban di Harappa
1. Keadaan sosial budaya Lembah Sungai Indus
Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung
peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.
2. Perkembangan kepercayaan Lembah Sungai Indus
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
3. Politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
4. Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.

Jumat, 10 Mei 2013

Analisis Sejarah Islam Masuk di Indonesia


Kebohongan Yang diBenarkan dan Kebenaran yang Dibohongkan.
            Seputar ulasan tentang sejarah yang banyak menyimpan beribu pertanyaan, apakah ini kesalahan sejarah, kesalahan individual, atau tentang penafsirannya. Mereka yang menganggap sejarah itu tidak penting dikarenakan mereka disuntik agar diperdaya untuk mengacuhkan sejarah dan membalikkan mata secara kasat tanpa kita ketahui bahwa sejarah lah yang mengatur dunia ini.
            Sejarah? Apakah Sejarah itu? Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa masa lalu untuk pembenahan di kehidupan yang akan datang. Sejarah menurut paradigma saya, merupakan ilmu dunia yang mengatur pola pikir manusia. Jika sejarah dibalikkan dari kebenerannya sudah pasti pola pikir manusia akan berubah juga.
            Ada apa sebenarnya dengan Sejarah? Apakah kita tidak mencoba merasakan adanya pembalikan dari Ilmu Sejarah atau Sejarahnya?
Di beberapa tahap pendidikan saya selalu mengulas dan membaca tentang sejarah, tetapi selalu saja ada penyimpangan yang tak tersimpulkan dari wacana pembahasan. Nilai sejarah seakan dibalikkan dari kebenarannya, jika saja kita menarik perhatian sejenak tentang Sejarah dan mencari tau kebenaran nya bisa jadi kita adalah orang yang paling menyesal mempelajari nya. Sedikit kita ranahkan penulisan ini dengan contoh contoh yang mungkin dapat berguna sebagai nilai pembanding nya. Misalnya pada Sejarah Indonesia? Saya pernah berdiskusi dengan teman saya beberapa pekan terakhir sebelum saya menuliskan ini. Disekitar pepohonan rindang kami mulai membahas topik tentang Sejarah Masuknya Islam di Indonesia. Didalam buku akademik jarang sekali membahas tentang bagaimanakah bisa mazhab bisa berkembang luas di Indonesia? Ini yang menjadi titik acuan kami untuk berdiskusi.
Jika membalik kembali benang merah masuknya islam masih banyak kontroversial dalam penulisannya, misalnya kerajaan Islam masuk pada abad ke 13, tetapi apakah pengertian masuk tidak berbeda dengan perkembangan? Jika kita membaca atau mengupas kembali tentang kerajaan Samudra Pasai dituliskan bahwa kerajaan samudra pasai berdiri pada 1275 Masehi, nah yang menjadi pertanyaan kembali, apakah setelah mendirikan kerajaan itu yang dikatakan masuknya peradaban? Setelah menggunakan beberapa referensi dan mengumpulkan beberapa argument, bila raja masuk islam maka peradaban itu masuk, boleh dikatakan kemungkinan bisa jadi. Karena jika raja masuk islam maka rakyat masuk islam? Benar. Namun dalam sisi pandang lain apakah raja atau rakyat yang menentukan, bukankah perkembangan Islam didahulukun kepada rakyat? Nah ini merupakan ketimpangan yang tidak pernah jelas kebenarannya, atau saja kebenerannya diragukan. Beralih ke pada mazhab setelah islam berkembang, boleh dikatakan bahwa Islam Masuk pada abad 13, nah kembali lagi bertanya, mengapa harus mazhab syafii yang berkembang? Kenapa tidak yang lain? Kalau kita kaji secara dalam kita dapat melihat secara jelas. Misalnya yang sering  digunakan dalam teori masuknya islam yaitu teori Gujarat, boleh saja dalam pemebenaran pandangan masing masing, namun didalam referensi yang kami bedah, dan juga dalam kajian Ibnu Batutah dan Buya Hamka didapati pada kisaran itu tepat abad ke 13 jelas sekali mazhab yang digunakan oleh orang orang Gujarat di negaranya adalah Mazhab Syiah, sedangkan di Indonesia pada kerajaan Samudra Pasai sudah mulai menggunakan Mazhab Syafii. Sepertinya tidak ada penyimpulan dan akhir yang jelas pada pembahasan ini.





 Analisis
Bahan : Buku Api Sejarah karya Ahmad Surya Negara hal 117-119
Sekularisme Karya Ismail Al-Kila