Senin, 27 Mei 2013

Lembah Sungai Indus

Latar Belakang.
Peradaban sungai Indus termasuk peradaban yang sangat tersohor pada masanya. Peradaban sungai Indus banyak menciptakan gaya gaya baru dalam bidang tertentu, di kebudayaan mereka sudah mempolakan secara baru dan mempunyai gaya khas tersendiri.
Masyarakat peradaban sungai Indus juga bisa dikatakan orang orang yang cerdas, ini berdasarkan fakta temuan yang terdapat di sana. Mereka sudah mulai mengembangkan seni, dan berbagai macam kerajinan tangan yang tercipta dari peradaban ini. Sekilas kita bayangkan akan masalalu, mungkin peradaban ini tidak kalah menarik dengan kemodrenan gaya zaman sekarang. Peradaban ini terkuak kembali setelah penemuan orang orang arkeologis di mohenjodaro-harrapa dari sinilah mulai diteliti dan difokuskan kembali untuk mengetahui kebesaran peradaban yang berada di lembah sungai Indus tersebut.
Peradaban Lembah Sungai Indus



http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c1/Indusvalleyexcavation.jpg/350px-Indusvalleyexcavation.jpg

Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini. Puing Mohenjo-daro difoto di atas merupakan pusat dari masyarakat kuno ini.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang merupakan wilayah Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir. [1]
Peradaban Lembah Sungai Indus- Jazirah India terletak di Asia Selatan. India juga disebut Anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah terpisah dari daratan Asia. Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah Khaibar. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting yaitu sebagai berikut.
  1. bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
  2. Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
  3. Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
  4. Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Mempelajari bahasa Sanskerta merupakan salah satu upaya untuk mengetahui perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada masa lalu. Hal ini juga ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia, di luar pengaruhnya pada politik, ekonomi, dan pemerintahan. William Jones berpendapat bahwa bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Parsi, Germania, dan Kelt. Studi tertua tentang India, membawa kita ke India pada masa interglasial II, yaitu sekitar 400.000 SM hingga 200.000 SM. Hal ini berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis bebatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Dari penelitian ini, terungkaplah sebuah fakta mengenai sejarah manusia yang mendiami kawasan itu setelah melihat artefak-artefak peninggalan purba di Lembah Indus. Para ahli lalu menyimpulkan bahwa di kawasan ini pernah berlangsung sebuah peradaban Lembah Sungai Indus, yang terkenal dengan nama peradaban Mohenjodaro-Harappa, yang berkembang pada 2300 SM. Melalui Celah Khaibar, bangsa India berhubungan dengan daerah-daerah lain di sebelah utaranya. Daerah Lembah Sungai Indus terletak di
Barat Laut India. Sungai Indus berasal dari mata air di Tibet, mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Setelah menyatu dengan beberapa aliran sungai yang lain, akhirnya bermuara ke Laut Arab. Panjang Sungai Indus kurang lebih 2900 kilometer. Apabila Anda memperhatikan Sungai Indus pada peta dewasa ini, maka sungai tersebut mengaliri tiga wilayah yaitu Kashmir, India, dan Pakistan. Sisa peradaban Lembah Sungai Indus ditemukan peninggalannya di dua kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Penghuninya dikenal dengan suku bangsa Dravida dengan ciri-ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam, dan kulit berwarna hitam
Penemuan arkeologis di Mohenjodaro-Harappa mulai terjadi ketika para pekerja sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Punjab pada pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu, ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian Jenderal Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jendral Arkeologi di India. Sejak saat itu, maka dimulailah penggalian-penggalian secara lebih intensif di daerah Mohenjodaro- Harappa.

Gambar 5.8 Situs tempat penemuan peradaban di Harappa
Situs tempat penemuan peradaban di Harappa
1. Keadaan sosial budaya Lembah Sungai Indus
Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung
peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.
2. Perkembangan kepercayaan Lembah Sungai Indus
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
3. Politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
4. Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.

Jumat, 10 Mei 2013

Analisis Sejarah Islam Masuk di Indonesia


Kebohongan Yang diBenarkan dan Kebenaran yang Dibohongkan.
            Seputar ulasan tentang sejarah yang banyak menyimpan beribu pertanyaan, apakah ini kesalahan sejarah, kesalahan individual, atau tentang penafsirannya. Mereka yang menganggap sejarah itu tidak penting dikarenakan mereka disuntik agar diperdaya untuk mengacuhkan sejarah dan membalikkan mata secara kasat tanpa kita ketahui bahwa sejarah lah yang mengatur dunia ini.
            Sejarah? Apakah Sejarah itu? Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa masa lalu untuk pembenahan di kehidupan yang akan datang. Sejarah menurut paradigma saya, merupakan ilmu dunia yang mengatur pola pikir manusia. Jika sejarah dibalikkan dari kebenerannya sudah pasti pola pikir manusia akan berubah juga.
            Ada apa sebenarnya dengan Sejarah? Apakah kita tidak mencoba merasakan adanya pembalikan dari Ilmu Sejarah atau Sejarahnya?
Di beberapa tahap pendidikan saya selalu mengulas dan membaca tentang sejarah, tetapi selalu saja ada penyimpangan yang tak tersimpulkan dari wacana pembahasan. Nilai sejarah seakan dibalikkan dari kebenarannya, jika saja kita menarik perhatian sejenak tentang Sejarah dan mencari tau kebenaran nya bisa jadi kita adalah orang yang paling menyesal mempelajari nya. Sedikit kita ranahkan penulisan ini dengan contoh contoh yang mungkin dapat berguna sebagai nilai pembanding nya. Misalnya pada Sejarah Indonesia? Saya pernah berdiskusi dengan teman saya beberapa pekan terakhir sebelum saya menuliskan ini. Disekitar pepohonan rindang kami mulai membahas topik tentang Sejarah Masuknya Islam di Indonesia. Didalam buku akademik jarang sekali membahas tentang bagaimanakah bisa mazhab bisa berkembang luas di Indonesia? Ini yang menjadi titik acuan kami untuk berdiskusi.
Jika membalik kembali benang merah masuknya islam masih banyak kontroversial dalam penulisannya, misalnya kerajaan Islam masuk pada abad ke 13, tetapi apakah pengertian masuk tidak berbeda dengan perkembangan? Jika kita membaca atau mengupas kembali tentang kerajaan Samudra Pasai dituliskan bahwa kerajaan samudra pasai berdiri pada 1275 Masehi, nah yang menjadi pertanyaan kembali, apakah setelah mendirikan kerajaan itu yang dikatakan masuknya peradaban? Setelah menggunakan beberapa referensi dan mengumpulkan beberapa argument, bila raja masuk islam maka peradaban itu masuk, boleh dikatakan kemungkinan bisa jadi. Karena jika raja masuk islam maka rakyat masuk islam? Benar. Namun dalam sisi pandang lain apakah raja atau rakyat yang menentukan, bukankah perkembangan Islam didahulukun kepada rakyat? Nah ini merupakan ketimpangan yang tidak pernah jelas kebenarannya, atau saja kebenerannya diragukan. Beralih ke pada mazhab setelah islam berkembang, boleh dikatakan bahwa Islam Masuk pada abad 13, nah kembali lagi bertanya, mengapa harus mazhab syafii yang berkembang? Kenapa tidak yang lain? Kalau kita kaji secara dalam kita dapat melihat secara jelas. Misalnya yang sering  digunakan dalam teori masuknya islam yaitu teori Gujarat, boleh saja dalam pemebenaran pandangan masing masing, namun didalam referensi yang kami bedah, dan juga dalam kajian Ibnu Batutah dan Buya Hamka didapati pada kisaran itu tepat abad ke 13 jelas sekali mazhab yang digunakan oleh orang orang Gujarat di negaranya adalah Mazhab Syiah, sedangkan di Indonesia pada kerajaan Samudra Pasai sudah mulai menggunakan Mazhab Syafii. Sepertinya tidak ada penyimpulan dan akhir yang jelas pada pembahasan ini.





 Analisis
Bahan : Buku Api Sejarah karya Ahmad Surya Negara hal 117-119
Sekularisme Karya Ismail Al-Kila

Selasa, 19 Maret 2013

Puisi kami Ekstensi Pend Sejarah

Nasionalisme abstrak.

merah seakan pudar tak berwarna lagi.-
putih mungkin hilang seakan mati-
kobaran api sepertinya telah terpisah.
ku tak mengetahui entah kemana angin mengarah
                                                  
Kebobrokan dan kebodohan kian bersayap
Hati dan moral kian tak berdenyut.
Kemunafikan kebohongan terus melalap
Sampai kapan warna itu terkibar lagi

Jangan bertanya pada realita. Tapi tanyakan pada bendera.
Jeritan dan tangisan kian terdengar, Terdengar merdu diatas layar.
Semakin kutapaki jalan ini semakin keras nyanyian jiwa.
Terdengar kata dari rintihan abstrak :
 BANGKITLAH NASIONALISME.

Sekilas Opera Batak

OPERA BATAK

                Apa itu opera batak ? opera merupakan pertunjukan atau pementasan seni yang berupa pengolahan dari music,tarian dan dialog yang berkembang secara signifikan di Italia pada abad ke 16. Jadi kalau arti luas nya opera batak adalah pertunjukaan atau pementasan yang bersifat budaya ,baik dari seni tari, music dan juga dialog yang serba sinkron dengan batak,. Opera ini merupakan kata serapan yang diambil dari kata kata eropa, orang orang eropa yang melihat orang orang batak sedangkan berlakon menamakan itu sebagai opera sehingga nama ini semakin berkembang dan berkembang hingga dikenal sebagai opera batak.

Opera batak mulai berkembang di daerah sitamiang,samosir, dan di olah oleh keluarga penggembala kerbau dengan sebutan parhasapi, ada tiga yang menjadi momok parhasapi yaitu : Tilhang Gultom, Pimpin Butar-Butar, Adat raha Gultom. Tilhang juga mewariskan 360 lagu dan 12 tambo (lagu)  dengan ansamble music tradisional batak (toba) . Opera batak ini dimainkan biasanya pada malam hari untuk mengisi kekosongan waktu pada orang orang batak, karena sudah melepas keletihannya pada kegiatan keseharian yang sering identik dengan pertanian yaitu bersawah. Opera batak merupakan opera yang deket dengan masyarakat yang bisa dikatakan bersifat opera kehidupan sehari hari masyarakat atau lebih ke umum keseharian masyarakat. Opera batak berkembang dengan dukungan perkumpulan nasionalis yang bernama Dos Ni Roha. Opera batak terkadang bersifat keritualan untuk menjalankan operasi panggungnya dikarenakan mereka sering melakukan ritual ritual penangkal hujan agar acara yang akan diadakan tidak gagal. Opera batak biasa ditutup dengan melingkari seng-seng supaya penonton masuk dari depan untuk membeli tiket dan dari tiket inilah opera batak bisa terus berlangsung. Opera batak yang dimainkan tidak seperti opera yang ada diluar negeri, kalau diluar negeri atau eropa opera biasa dimainkan dengan seni yang berkaitan atau bersinkronisasi, dalam artian musik, tari dan dialog nya berkaitan pada ceritanya , nah sedangkan pada opera batak opera yang dimainkan tidak seperti di eropa seni yang dimainkan berkaitan dengan cerita, saya contohkan sedikit tetapi contoh yang bersifat bahasa sehari hari : missal lagu yang dinyanyikan pada opera itu mengarah kepeperangan, tetapi pada interaksi panggung tentang ceritanya bisa memainkan peranan tentang keluarganya. Sungguh sangat jauh dari kaitannya. Opera batak berkembang secara signifikan pada tahun 1920-an, hingga sekitar 1980 atau pada masa orde baru dan terhenti pada saat itu, terhenti bukan dalam artian mati total tetapi vakum sementara, hingga bangkit kembali pada tahun 2002. Mengapa bisa terhenti opera batak ini? Pada masa orde baru tepatnya tahun 80-an perkembangan zaman/ globalisasi mulai merambah hingga ke pelosok pelosok tanah air, media merupakan motorik utama yang menyebabkan tersingkirnya opera batak, pada masa itu masyarakat sudah lebih suka mendengar radio ketimbang menyaksikan opera batak, seiring berjalan nya waktu maka terhentilah opera batak pada masa itu,. Pada tahun 2002  terjadilah revitalisasi yang direalisasikan atau dijalankan oleh ATL asosiasi Tradisi Lisan, dan dari itu opera batak mulai kembali lagi kepermukaan.  Thomson HS pernah mengidekan untuk  mengaktifkan kembali opera batak tersebut, namun kelanjutannya saya kurang tau..

Opera batak yang direvitalisasi ini tidak mengubah cara atau tatanan yang dilakukan oleh paraopera terdahulunya . Namun pada saat perevitalisasikan sudah ada permodrenan tata cara pemanggungan nya dimana pada terdahulu konteks nya bersifat spontanitas namun setelah perevitalisasian sudah mempunyai alur. Opera batak biasa dimainkan dengan bahasa batak dahulunya batak toba, namun berkembang sesuai dengan dimana mereka memainkan atau menampilkan opera batak ini, misalnya didaerah mandailing maka mereka terkadang menggunakan bahasa mandailing. Opera batak dewasa ini mulai tidak terdengar, dikarenakan unsur atau infrastruktur manusia nya sendiri sudah mulai terdoktrinasi oleh modernisasi dalam artian candu akan kemodrenan,

                Menurut sebagian masyarakat modern dewasa ini opera batak hanyalah sebuah masa lalu, bahkan orang batak sendiri melupakan opera batak tersebut. Yang perlu diperhatikan dewasa ini bagaimana untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengetahui dan menjiwai apa itu opera batak, globalisasi seakan membuat minat kalangan masyarakat akan masa lalu kurang inisiatif. Bukanlah harus membangun gedung infrastruktur tetapi meng-infrastrukturkan jiwa masyarakat itu sendiri.

Kamis, 14 Maret 2013

Pasang Surut Candi Borobudur

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEKILAS PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINGGA REPUBLIK INDONESIA

Pada saat ini boleh dibilang Candi Borobudur merupakan Candi yang dikenal oleh masyarakat. Candi Borobudur merupakan candi yang sangat megah dan termasuk kedalam tujuh keajaiban dunia. Terletak di pulau Jawa dengan corak peninggalan dari peradaban hindu/budha di Nusantara. Setelah ditemukan candi ini kurang diperhatikan oleh pemerintah, sehingga dikhawatirkan  menyebabkan kerusakan kerusakan yang terjadi akibat pengaruh dari perubahan perubahan cuaca seiring berjalan nya waktu dan semakin lama semakin parah.

Masyarakat tidak lah mengetahui akan keberbahayaan akan kondisi yang dialami Candi Borobudur ini. Dipenulisan ini saya akan memaparkan cara dan upaya/usaha yang dilakukan pemerintah selama ini dalam penyelamatan candi ini dari kerusakan yang terjadi. Ternyata dibalik kemegahan yang terlihat candi Boobudur merupakan candi yang sedang mengalami pergulatan akan kerusakan kerusakan akibat pengaruh pengaruh sekitar, alam, dan cuaca, berbagai cara dilakukan untuk mengembalikan kemegahan candi Borobudur, sempat terbengkalai sempat dilalaikan, dan berpindah pindah tangan kepengurusannya namun bahaya belum dapat disingkirkan. Kemegahan nya seolah olah hanya symbol saja, pemerintah kurang waspada akan kehancuran kehancuran pergulatan waktu sehingga candi Borobudur hampir saja menjadi nama, berkat perkembangan zaman, bantuan bantuan pihak luar, bantuan pemerintah sendiri akhirnya, pada abad ke20 berdirilah sinar diatas candi Borobudur,.

·         Candi berstatuskan darurat.

·         Silih bergantinya pemerintahan yang memegang kendali candi

·         Dibalik cahaya indah, Candi Borobudur diliputi kegelapan Sejarah.

·         Apa usaha yang dilakukan pemerintah untuk melindungi Candi tersebut

Candi Borobudur , candi yang terletak di Pulau Jawa yang pada penemuannya kita tidak mengetahui dengan jelas kapan candi ini didirikan, keterangan akan kerajaan mana yang mendirikan nya, dan siapa yang mengkonsep metode arsitek pembangunannya, juga bagaimana cara orang orang masa lalu membangunnya hingga menjadi megah menantang kilauan dunia.

Kita beranjak ke dasar dasar candi Borobudur,menurut ilmu sejarah candi diperkirakan didirikan pada tahun 800 Masehi oleh kekuasaan Syailendra. Dapat dikatakan makna  dalam pembangunan candi yang dilakukan pada masa kejayaan syailendra ini sudahlah pasti kita ketahui bahwa candi bersifat untuk memuliakan dan mengagungkan seorang raja yang telah wafat dan telah bersatu kembali dengan dewa yang menjadi asal beliau. Candi juga merupakan ungkapan yang nyata dari rasa hormat yang mendalam terhadap keluhuran orang tua dan kesadaran yang meresap terhadap kebesaran agama. Candi Borobudur merupakan candi yang sangat menarik dalam mempercontohkan missal : bentuknya sebagai punden beundak undak mewakili ciri khas bangunan yang diperuntukkan bagi pemujaan roh nenek moyang, dan susunannya yang berukir ukir memperjelaskan pandangan hidup agama Budha.

            Dalam pertengahan abad ke-XIV ditemukanlah adanya bangunan suci agama budha dari aliran Wajradhana dengan nama “budur”. Dalam kitab NagaraKertagama karya Empu Prapanca sekitar tahun 1365 Masehi itu merupakan Borobudur kita karena tidak adanya lagi budur lain. Dalam abad ke XVIII Candi ini dikenal membawa malapetaka. Menurut kitab “Babad Tanah Jawi” dalam tahun 1709 Masehi ada seorang tokoh yaitu , Ki Mas Dana dan Ki Gede Pacukilan yang memberontak terhadap raja Amangkurat III yang bertakhta di Kartasura. Pemberontakan ini mengalami kegagalan kemudian melarikan diri ke Bukit Borobudur. Panglima kerajaan , pangeran Pringgolaya mengadakan pengejaran, dan akhirnya Ki Mas Dana ditangkap dan dibawa ke Kartasura, untuk selanjutnya menjalani hukuman mati. Dalam kitab “Babad Mataram” diceritakan bahwa dalam tahun 1757 Masehi, putera mahkota kesultanan Yogyakarta yang bernama pangeran Mancanagara mengalami nasib buruk pula di Borobudur. Sehingga baginya pantang untuk melihat “arca seribu” disana, sebab salah satu dari arca menggambarkan seseorang satria terkurung dalam sangkar,. Sebaliknya sang pangeran justru hendak bertemu dengan satria malang itu. Akibatnya setelah itu putera mahkota sepulangnya ke istana jatuh sakit dan muntah darah sampai menemui ajalnya. Maka selama Sembilan abad sejak berdirinya sekitar tahun 800 masehi sampai kurang lebih 1700 Masehi, candi Borobudur diselimuti kegelapan belaka. Kabut mitos dan gelap tahayul. Namun pada awal abad XIX kabut itu mulai menipis dan cuaca menjadi semakin cerah.. Dari tahun 1811 s/d 1815 negara kita sempat menjadi ekspedisi dari kerajaan Inggris, dengan dikepalai oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Dirinya pada saat itu sedang berkedudukan di Batavia namun karena minatnya terhadap sejarah sangat luar biasa ia banyak berkeliling di sana

.
USAHA PENYELAMATAN

Setelah melalu kelam nya kabut dan kegelapan, akhirnya Candi Borobudur telah diselamatkan oleh terbitnya monografi Leemans dalam tahun 1873, dengan itu candi Borobudur telah tertuliskan diatas kertas dengan sukses. Pada tahun ini juga candi berada dalam keadaan terlantar, dikarenakan pengurus yang diserahi tugas untuk pengawasan dan pemeliharaan tidak banyak menunjukkan minat dan hanya bekerja sedikit saja. Van Kinsbergen kemudian didatangkan untuk mengambil foto candi dengan maksud mengabadikan gambar candi tersebut. Semula Van di berikan tugas untuk mengambil keseluruhan gambar namun diganti hanya dengan mengambil pesona keindahan dan mutu seni candi Borobudur ini. Untuk melanjutkan tugasnya agar mendapat hasil yang memukau, ia pun mulai membersihkan secukupnya pada candi Borobudur. Candi Borobudur telah dikenal sebagai seni hasil bangunan dan seni ukir yang amat tinggi mutunya, namun dibalik itu candi ini terbengkalai dan tidak terpelihara sehingga berbagai sisi kelihatan akan runtuh. Keadaan ini menimbulkan kabar kabar bahwa aka nada pengambilan tindakan penyelamatan secara signifikan. Dan juga pada tahun 1882 bahkan terdapat usul untuk membongkar saja keseluruhan bangunannya dan memindahkan relief relief nya ke dalam museum yang sudah khusus didirikan untuk keperluan ini. Candi Borobudur semakin menarik ketika terjadi penemuan kaki candi aslinya oleh Yzerman yang telah tertutup oleh batur kaki candi yang sekarang. Pada bagian kaki asli itu didapatkan pahatan pahatan relief yang bersama dengan seluruh kakinya tidak kelihatan sama sekali. Kemudian dilakukan lah pembongkaran terhadap kaki kaki candi tersebut secara perlahan-lahan agar dapat dipotret untuk segera ditutup kembali. Ternyata deretan bangunan kaki nya menghubungkan keseluruhan bangunannya, sehingga dapat dinyatakan bahwa candi telah mengalami perombakan. Penemuan tersebut semakin mengolah pemikiran bahwa harus dilakukan tindakan untuk menanggulangi setiap macam bahaya yang mengancam candi Borobudur. Segeralah diyakinkan para pemerintah akan perlunya tindakan nyata, namun sangat disayangkan malah batu batu candi Borobudur dihadiahkan oleh pemerintah untuk kerajaan Siam yang datang berkunjung pada tahun 1896. Kemudian tahun 1900 dibentuklah kepanitiaan yang bertugas menyelamatkan candi. Setelah dua tahun bekerja keras akhirnya mereka mendapat kesimpulan hal hal yang harus dilakukan untuk penyelamatan candi ini. Ada tiga hal yang harus dilakukan segera : 1. Memperkokoh sudut sudut bangunannya., menegakkan kembali dinding-dinding yang miring pada tingkat pertama, memperbaiki gapura gapura dan relung relung juga stupa stupanya. 2. Mengekalkan keaadaan yang sudah diperbaiki itu dengan cara mengadakan pengawasan yang ketat serta pemeliharaan yang tepat,dan menyempurnakan penyaluran air dengan jalan memperbaiki lantai lantai lorongnya dan pancuran-pancurannya. 3. Perlu sekali bahwa candi kelihatan bersih dan utuh. Maka batu batu yang lepas harus disingkirkan, kaki candi harus diperlihatkan seluruhnya dengan membuang tanah yang masih menutupi nya, sedangkan bangunan bangunan tambahan harus dibongkar. Pada tahun 1905 kira kira, keluarlah keputusan pemerintah negeri Belanda yang menyetujui usul usul panitia ini dan menyediakan biayanya sekali sebesar FI 48.800.

Van Erp selaku ketua dalam susunan kepanitian langsung menyerukan pemulaian tugas pada tahun 1907. Dalam beberapa bulan pertama ia gunakan untuk mengumpulkan batu batu lepas sebanyak mungkin agar mendapatkan gambaran seberapa jauh Candi Borobudur dapat dilengakapi. Hasilnya ditemukan kembali sejumlah batu besar candi. Sehingga pada tahun 1908 Van Erp meminta kembali dana untuk merestorasi candi ini secara luas.  Kemudian dilanjutkan kembali untuk menstabilitaskan bangunannya dengan dua jalan : pertama dengan memperkokoh lereng-lereng bukit yang dibentuk seperti tanggul dan kedua memperkuat lantai lantai lorong pada tingkatan tingkatan bawah yang dilapisi dengan beton sehingga diperoleh kaitan yang kokoh antara dinding dan bagian atas dinding nya diberi penguat yang cukup. Maka dengan cara itu kokoh dan kuat lah bangunan bangunan nya untuk masa yang akan datang. Setelah itu kemudian Van Erp melakukan pengamatan secara absolut terhadap keadaan bangunan dan keadaan batu batuannya. Kemudian penelitian dan pengamatan ini terhenti akibat perang dunia ke II.

BAHAYA KEMBALI

Segera setelah revolusi fisik selesai dan diakuinya kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Indonesia penelitian terhadadap candi Borobudur yang telah terhenti oleh pemerintahan belanda dilanjutkan kembali. Ternyata keaadaan semakin parah sehingga foto foto candi pada masa yang lalu sangat jauh berbeda dengan saat itu. Dengan kemajuan teknologi mengenai pemanfaatan bahan kimia untuk penyelamatan bahan purbakala. Pada tahun 1955 RI mengajukan permintaan bantuan dari UNESCO untuk menanggulangi bahaya rusak yang serius pada candi candi yang ada di jawa dan bali. Pada tahun berikutnya datang lah seorang berketurunan belgia yang sangat tertarik pada candi Borobudur yaitu Prof.Dr. C. Coremans, pendapatnya tidak banyak berbeda dari hasil penelitian sebelumnya, tetapi tekanan lebih diletakkan pada masalah air sebagai penyebab utama dari aspek kerusakan candi Borobudur ini. Sebenarnya air hujan tidak menyebabkan bahaya langsung tetapi penyebab kerusakan adalah air yang keluar dari dalam bangunan dengan membawa berbagai jenis garam dan mineral dan sewaktu menguap meninggalkan unsur-unsur ini pada permukaan batu. Proses oksidasi yang menimbulkan adanya kekurangan lapisan dan menimbulkan kerusakan pada permukaan batu, juga ledakan ledakan kecil yang meninggalkan lobanf sehingga permukaan batu menyerupai kulit manusia yang telah diserang cacar. Setelah melakukan peneletian yang signifikan pada bangunan candi maka ditemukanlah penyebabnya bahwa terjadi tekanan pada bangunan dan itu sangat kuat yang menjadi sebab kantong air dibelakang dinding itu. Himpunan air menyebabkan tanah menjadi lumpur, yang berarti volumenya bertambah besar. Desakan lumpur tidak dapat disalurkan kea rah lain kecuali ke arah dinding itu.

            Penggelembungan bagian tengah dinding semula tidak menjadi acuan perhatian seharusnya, apalagi diperhitungkan pengaruhnya, sehingga tidak diikutsertakan dalam pengamatan pengukuran. Sekiranya memasukkan lagi kenyataan itu kedalam pengamatan dan pengukuran pada tahun tahun berikutnya sulit dipertanggungjawabkan, karena proses nya tidak diketahui. Candi Borobudur kini mengalami dua bahaya sekaligus yang ,mengancam bangunannya yaitu bahaya fisio-kemis dan bahaya yang bersifat teknis-arsitektonis dan kedua inti bahaya ini tidak dapat dihitung atau diperkirakan proses cepat kerja penghancurannya, ini tidak bisa dibiarkan, maka pada tahun 1960 dinyatakan : Borobudur dalam keadaan darurat !

            Pada tahun 1960 mulai diadakan persiapan untuk menanggulangi bahaya bahaya yang mengancam keselamatan candi Borobudur, karena restorasi yang dilakukan Van Erp hanya sanggup dalam beberapa tahun saja. Maka dipikirkanlah untuk penyelamatan paling sedikit 1000 tahun. Sebenarnya pekerjaan Van Erp lebih mengarah ke perbaikan tambal oleh karena itulah sebab utama segala kerusakan dan tidak dapat diberantas. Maka dilakukanlah penyelamatan yang bersifat menyeluruh, dinding yang miring harus ditegakkan, bagian bagian yang melesak harus diangkat dan lebih penting candi harus diberi fundasi baru yang tidak hanya dapat menjamin stabilitas bangunan namun juga mencegah merembesnya air dari teras candi ke permukaan batu batu.

            Pemugaran total berarti candi harus dibongkar dan kemudian dibangun kembali dengan dasar fundasi beton yang diberi sistem penyaluran air. Maka segeralah dilakukan penggambaran dan pendokumentasian semua batu-batunya. Selanjutnya dipikirkan bagaimana cara membongkar dan memasang kembali. Setelah melalui beberapa kendala dalam tatacara yang telah disusun, akhirnya pada tahun 1963 datanglah keputusan bahwa pemerintah akan menyediakan anggaran untuk pemugaran candi Borobudur .

Maka di panggillah tenaga-tenaga kerja dari Lembaga Purbakala untuk berasumsi pada pekerjaan persiapan. Sekali lagi pembangunan mendapat kendala disebabkan oleh inflasi yang berlangsung sehingga pelaksanaan terdapat jurang perbedaan yang makin lama makin melebar. Kejadian g-30 s PKI sempat menghentikan kerja dari candi ini. Namun beberapa bulan setelah pemberontakan PKI maka pekerjaan terhenti dilanjutkan kembali, namun terhenti lagi pada akhir tahun 1966 karena biaya yang tidak tersedia.

            Perubahan politik pemerintah pada masa orde lama ke orde baru membuka kesempatan untuk menarik perhatian Unesco terhadap bahayanya candi tersebut,karena sistem politik ini bersifat terbuka pada internasional. Memang sekaligus untuk menyelamatkan pusaka budaya umat manusia dan menjalin saling pengertian antar bangsa melalui pariwisata. Seiring berjalannya waktu dan candi Borobudur mulai mendapat asupan atau perhatian baru, maka pada tahun 1973 setelah sesuai dengan pematangan cara kerja dapat disimpulkan bahwa candi Borobudur akan pulih kembali dalam kemegahan menjelang akhir tahun 1980.

Oleh karena pemugaran yang telah dikonsep tadi diperhitungkan bahwa segala factor mengenai kekuatan alam termasuk gempa bumi dan pergantian hujan panas pula, maka selanjutnya diharapkan candi Borobudur akan bertahan menghadapi serangan gigi waktu untuk sekurang kurangnya 1000 tahun kalau tidak untuk selamalamanya, setelah itu maka tugas selanjutnya adalah pengamatan dan pemeliharaan secara terus menerus untuk menjaga jangan sampai terjadi lagi kerusakan yang disebabkan karena ketidakpedulian dan kelalaian. Untuk itu marilah kita sebagai pelanjut dari pusaka budaya manusia, menjaga dan melestarikan pusaka pusaka budaya yang masih tertinggal.